positif covid |
Aku kena covid session 2. Hehehe, udah kayak judul drakor belum? Ada sequelnya? Yah begitulah yang aku alami belum lama ini. 😀
Siapa yang mengira sih ? Baru juga Desember lalu aku terpapar virus ini, ekh di pertengahan bulan Juni kemarin aku kena lagi. Baru beberapa minggu lalu aku mulai kembali nulis penyesuaian kebiasaan baru, karena sejak desember lalu, aku sempet rehat nulis. Ekh, ternyata si covid balik lagi.
Aku Menjaga Prokes Ketat Biar Nggak Kena Covid
Aku termasuk yang menjaga banget protokol kesehatan sejak masa pandemi. Aku sudah menghentikan event bulanan komunitas yang sering aku adain, aku tidak menghadiri acara dan tempat yang berkerumun, jika harus pergi pun aku selalu menerapkan prokes yang digiatkan oleh pemerintah.Prokes 6 M yang harus kita ingat dan jalankan yaitu,
- Mencuci tangan dengan sabun
- Menggunakan masker
- Menjaga jarak
- Mengurangi mobilitas
- Menghindari kerumunan
- Mendapatkan vaksinasi
Germas. source : https://promkes.kemkes.go.id/ |
Tinggal nomor 6 yang belum nih yang belum, udah daftar sebenernya, tapi belum dapet tanggalnya, malah kena lagi, hehehe. Aku harus nunggu 3 bulan lagi, untuk bisa daftar vaksin lagi. I can’t wait.
Well, aku sudah menjaga diri dan keluargaku agar tidak terkena covid, namun karena kasus emang lagi naik, akhirnya aku tumbang lagi.
Awal aku merasakannya
Terkena covid session 2 ini aku mengalami gejala yang malah lebih dari sebelumnya. Aku merasa badanku sangat lemas, pusing tapi pusingnya tuh nggak kayak biasanya, batuk, pilek, dan demam. Demam ku ini lumayan tinggi, tiap dikasi paracetamol, dia akan turun, tapi selang beberapa jam, dia naik lagi. Begitu selama sekitar 5 hari. Aku nggak kepikiran ini covid, walau aku tau, demam dan pusing yang aku rasain ini berbeda dari biasanya.Di hari ketiga sebenernya aku berencana ke dokter, tapi karena aku pusing dan lemes, aku menundanya. Hingga di hari berikutnya aku agak merasa sesak. Akupun ke dokter umum. Setelah mendengar keluhanku, dokter langsung menyarankan untuk swab. Karena keesokan harinya adalah sabtu dan minggu, yang mana lab swasta di kota ini pada tutup, aku baru melakukan swab di hari senin.
Aku Positif Covid
Positif Covid-19 |
Hari Senin pagi aku ke salah satu laboratorium swasta bersama anakku. Aku berangkat pagi banget sekitar jam 7 pagi. Disana sudah banyak orang mengantri. Akupun menuju tempat pendaftaran dan kemudian menunggu giliran.
Antrian cukup panjang, sehingga aku harus aktif ngobrol dengan Andien, agar dia tidak bosan. Sebenernya, malam sebelumnya aku sudah memberitahu Andien bahwa hari tersebut kami akan melakukan tes swab. Aku sampaikan bahwa nanti kita akan sedikit sakit di bagian hidung, namun hanya sebentar. Namun, melihat antrian yang begitu panjang, Andien mengkonfirmasi kembali,
“ Kita mau ngapain sih ma? Mama mau facial? Nanti kalo mama di facial, Andien dikasi hp enggak? ‘ Hahaha, dikirain kita lagi antri di salon kecantikan.
Akhirnya nama kami pun dipanggil, Andien mendapat giliran pertama. Andien dengan berani langsung duduk di kursi, petugas menawarkan apakah mau dipangku Mama atau tidak? Andien menjawab tidak, petugas pun meminta bantuan saya untuk memegang kedua tangan Andien agar tetap tenang. Dan Andien berhasil di swab tanpa drama. Proud of you dek!
Andien saat di swab |
Kami datang jam 07.00 , mendapat giliran swab jam 08.18 dan hasil keluar di jam 9.24. Sebenernya hasil lab dikirimkan lewat email, namun saya membutuhkan print out nya untuk berjaga-jaga. Alhamdulillah ada mini playground di pojokan lab untuk bermain. Lumayan untuk mengisi waktu diantara jeda waktu tersebut.
Akhirnya nama kami dipanggil. Aku buka satu persatu 2 buah amplop yang diserahkan kepadaku.
Andien : negatif. Alhamdulillah.
Dan Aku, positive.
Rasanya ingin menangis saat itu, tapi ada banyak orang, kasian anakku malu ntar sama mamaknya, hehe.
Berjarak Dengan Suami dan Anak
Aku di rumah sakit, suami di rumah, anak di rumah simbahnya di Jogja |
Aku pernah pisah jauh sama Andien adalah beberapa tahun lalu saat aku harus mengikuti babywearing course di Jakarta selama 5 hari. Waktu itu rasanya campuraduk, karena Andien masih menyusui dan itu jarak terjauh kami, Jakarta - Jogja selama 5 hari. Namun kini terjadi lagi.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku memberi kabar ke suami dan mbakku di Jogja. Dengan bekal surat negative covid, aku meminta mbakku menjemput Andien dan dibawa pulang ke Jogja. Sejam kemudian Mamakku dan Mas Iparku sampai di depan rumah, ya, hanya di depan gerbang, menurunkan beberapa bungkusan plastik dari mobil untukku.
Andien yang terlihat sangat girang. Dia sungguh belum mengerti apa yang terjadi. Dia mengira aku dan dia yang dijemput bersama.
“Mama, ayo! Simbah udah jemput.
“Andien berangkat dulu sama Simbah ya, besok kalo Mama sembuh, Mama jemput sama Papa”. Aku tersenyum sambil menahan tangis.
Dengan semangat dia membawa tas dan berpamitan dengan ceria, “Dadaah Mama, see you!”
Sementara itu, aku melihat Mamak tampak sendu, tidak bisa berkata dan berbuat banyak”. Dia tau, aku bisa mengatasi ini.
Mamak sudah membawa Andien, aku masuk kamar, nyicil ayem, Andien di tempat yang aman.
What should i do?
Perlu waktu sehari untukku menerima, menerima bahwa aku sakit, aku harus menjaga jarak dengan suami dan anakku, dan semua orang. Setelah aku bisa menerimanya, aku menyampaikan ke suamiku untuk segera lapor ke RT dan kelurahan setempat.
Pengurus setempat pun segera melaporkan ke pihak terkait, untuk melakukan pencegahan penularan lebih lanjut, seperti melakukan penyemprotan desinfektan di lingkungan kami.
Pihak puskesmas memang belum bisa visit ke rumah, namun selalu memantau keadaan via whatsapp. Puskesmas juga mengirimkan obat sesuai dengan gejala yang aku alami. Kami (aku dan suami) juga diberikan rujukan untuk swab ulang di RS setempat.
Keadaanku sempat memburuk di rumah, demam yang makin tinggi, sesak yang makin sering dan batuk yang tiada henti. Pihak puskesmas merujuk untuk segera dirawat di RS, namun kondisi di kota kami hari itu semua igd dan bangsal covid penuh. Bahkan beberapa kenalan kami yang bekerja di RS rujukan covid mencoba mencarikan informasi, mengatakan bahwa, semua penuh.
Saat seperti ini, saya masih beruntung. Mendapatkan respon baik tenaga kesehatan setempat dan mendapatkan obat-obatan yang diperlukan. Karena dari beberapa cerita yang saya dengar sendiri, ada yang tidak terjangkau oleh tenaga medis, karena kasusnya yang memang lagi meledak, rumah sakit, puskesmas, tenaga medis, semua kewalahan.
Sebelum mendapatkan kamar perawatan, saya masih beruntung, ada ambulance dari PSC datang kerumah beserta tenaga medisnya untuk memeriksa kesehatan saya.
Dan akhirnya, hari itu tiba. Pihak puskesmas memberi kabar, bahwa sebentar lagi ambulance akan menjemput saya untuk dibawa ke rumah sakit. Tidak ada yang aku pikirkan, aku hanya ingin diperiksa, diberi pengobatan kemudian sembuh. Aku pun hanya membawa 1 baju ganti, dompet dan handphone di tas. Tidak terfikir bahwa aku harus bermalam di bangsal covid-19 hari itu. Kena Covid session 2, siapa yang mengira, ini terjadi padaku (lagi).
Saat seperti ini, saya masih beruntung. Mendapatkan respon baik tenaga kesehatan setempat dan mendapatkan obat-obatan yang diperlukan. Karena dari beberapa cerita yang saya dengar sendiri, ada yang tidak terjangkau oleh tenaga medis, karena kasusnya yang memang lagi meledak, rumah sakit, puskesmas, tenaga medis, semua kewalahan.
Sebelum mendapatkan kamar perawatan, saya masih beruntung, ada ambulance dari PSC datang kerumah beserta tenaga medisnya untuk memeriksa kesehatan saya.
Dan akhirnya, hari itu tiba. Pihak puskesmas memberi kabar, bahwa sebentar lagi ambulance akan menjemput saya untuk dibawa ke rumah sakit. Tidak ada yang aku pikirkan, aku hanya ingin diperiksa, diberi pengobatan kemudian sembuh. Aku pun hanya membawa 1 baju ganti, dompet dan handphone di tas. Tidak terfikir bahwa aku harus bermalam di bangsal covid-19 hari itu. Kena Covid session 2, siapa yang mengira, ini terjadi padaku (lagi).
Wuaduhh... gak kebayang deh 2x kena kopit 😨 betapa menyebalkannya pandemik ini. Anyway trims sudah share di sini. Sehat terus ya kak
ReplyDeleteAku kalau baca cerita covid kaya gini selalu aja ngenes gitu bawaannya pengen nangis gak kebayang gimana ninggalin anak-anak tanpa aku. Yang kuat ya Mom semangat
ReplyDeleteYa ampun kena sekali aja udh sedih, apalagi 2x yaa. Stay strong yaa mbak . Semoga sekarang makin kuat imunnya sebagai penyintas 2 sesi ini
ReplyDeleteDi ambil hikmahnya mbak, sabar dan ikhlas karena semua terjadi pasti atas kehendak Allah SWT. Semoga ke depan senantiasa diberikan kesehatan dan bila mampu silahkan donorkan darah sebagai penyintas karena masih banyak di butuhkan
ReplyDeleteYa Allah mbak :(( masyaAllah kesabarannya semoga berbuah manis di kemudian hari, saya yakin banget lah itu :) Keep strong ya mba
ReplyDeleteMasyaa Allah mba.. Aku tinggal beberapa jam pisah sama anak saja rasanya dipikiran gak karuan.. Apalagi mba yang berminggu-minggu harus isolasi ya.. Sehat sehat ya mba, makasih atas sharingnya :)
ReplyDeleteMba :'( sakit saat dah punya anal memang beda. Rasanua pas hrs pisah dll itu bikin sedih bgy. Untungnya si anak nggak rewel ya, anak baik :( semoga setelah ini nggak ada covis session lagi. Cukup sudah hiks. Sehat selalu mbaaaa
ReplyDeleteCovid ini emang bikin was-was ya mbak. Apalagi terus terusan ada varian virus barunya
ReplyDeleteAku denger cerita tetangga yg kena covid, sesaknya itu mbak yg nggak tahan, sama badan lemes katanya ya. Semoga kita selalu sehat
ReplyDeleteya allah kenpa aku ikut nyesek saat mbak nahan tangis menghadapi andien. ya allah dhek kamu kuat banget gak takut dibawa swab,
ReplyDeletesehat2 ya mbak, sudah taat prokes aja masih kena lho duh gimna yang meleng sama prokes. aku ngeri sekali sekrg makin longgar aja
Ya Allah, andien pinter amat usia berapa mbak dwi? sekarang dirimu udah sembuh? alhamdulillah. semoga Allah selalu menjagamu dan keluarga ya mbak
ReplyDeleteKena covid sampai dua kali padahal protokol dilakukan dengan ketat memang membuat kita campur aduk ya rasa. Alhamdulillah sudah sembuh lagi ya mbak. semoga sehat selalu. untungnya sekrang sudah vaksin nih,..
ReplyDeleteSama nih mbak kaya suami jg pernah kena sampe 2x huhuu.. berat rasanya ya mba, bukan cuma sakitnya ditambah proses isolasinya itu harus jauh dari keluarga huhu
ReplyDeleteMemang tidak terduga kok mba, sedih aku juga pas kena sebulanan buat sembuh. Mba lekas sehat lagi semangat pulih.
ReplyDeleteya alloh mbak, bener bener nggak di duga ya, aku masih ngeri tapi alhamdulillah masih dikasih sehat, tinggal sendiri di perantauan jadi aku was was bgt klo sampe + juga, sehat2 ya mbak dan keluarga
ReplyDelete