Buku Parenting |
Sejak menjadi ibu, saya menjadi hobby belajar segala sesuatu tentang dunia parenting. "The Danish Way of Parenting", Rahasia Orang Denmark Membesarkan Anak, adalah salah satu buku yang saya baca sebagai media belajar saya.
Mengapa Denmark? Itu yang pertama kali terlintas di pikiran saya, saat membaca judul buku ini. Ada banyak negara di dunia ini, mengapa ada buku yang khusus membahas cara orang Denmark membesarkan anak.
Setiap mendengar Denmark, yang terlintas di pikiran saya adalah nama pemain sepakbola idola saya seperti Peter Schmeichel, kiper legend yang sangat populer saat saya SD dulu. Hehe, sekarang saya sepertinya akan lebih menyukai Denmark lagi, bukan hanya karena sepakbola, tapi tentang pengasuhan anak.
Dan ternyata banyak fakta mengagumkan saat kita mencari tahu tentang Denmark ini. Denmark adalah sebuah negara di Eropa yang konsisten terpilih menjadi negara paling bahagia oleh OECD setiap tahun sejak 1973. Bahkan PBB yang meluncurkan World Happiness Record selalu menempatkan Denmark di urutan teratas. Wow!
Ada banyak artikel dan kajian yang dibuat untuk menjawab pertanyaan, Apa rahasia Denmark menjadi negara yang paling bahagia di dunia?
Beberapa kajian tersebut antara lain yang populer adalah:
- Laporan berjudul "The Pursuit of Happiness" yang diterbitkan oleh 60 Minutes.
- Oprah Winfrey mengadakan show berjudul "Mengapa Orang Denmark Sangat Bahagia?"
Gaya pengasuhan orang Denmark telah sukses menjadikannya negara paling bahagia di dunia. Saya pun menjadi penasaran, bagaimana cara mengasuh anak orang Denmark.
Happy Kids grow up to be happy adults who raise happy kids, and so on. ~ The Danish Way of Parenting.
Ya saya setuju, anak yang bahagia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, lalu dia akan membesarkan anak yang bahagia juga dan seterusnya berlanjut di generasi selanjutnya.
Identitas Buku
- Judul: The Danish Way Of Parenting
- Penulis: Jessica Joelle Alexander & Iben Dissing Sandahl
- Penerjemah: Ade Kumalasari & Yusa Tripeni
- Jenis Buku: Parenting
- Penerbit: PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
- Tahun Terbit/Cetakan: Oktober 2018/Cetakan ketiga
- Dimensi Buku: xxiv + 184 hlm; 20,8 cm
- Harga Buku: Rp 54.000
- ISBN : 978-602-426-094-1
Belajar Gaya Pengasuhan
Saat saya hamil, saya menyadari bahwa saya akan menjadi orang tua, oleh karena itu saya perlu belajar menjadi orang tua.
Saya memerlukan bekal untuk menjalani peran baru saya ini. Walau mungkin bagi sebagian orang "menjadi orang tua" adalah hal alami yang kita dapat lakukan begitu saja dengan mencontoh dan meniru orang tua disekitar kita.
Ya pendapat tersebut tidaklah salah, namun saya ingin mengetahui sebenarnya gaya pengasuhan yang bagaimana yang lebih baik, yang bisa saya ikuti.
Tanpa kita sadari, kita sebenarnya mempunyai default setting gaya pengasuhan. Default setting ini sering keluar saat kita sedang merasa di ambang batas lelah, letih dan stress. Default setting ini adalah pembawaan alami kita yang diturunkan oleh orang tua kita saat mengasuh kita.
Misalkan saat kita sedang sangat lelah dengan pekerjaan domestik, disaat yang sama ada beberapa tugas yang mendekati dateline, namun anak-anak sedang kurang bisa diajak kerjasama.
Kita lihat bagaimana reaksi dan tindakan kita kepada anak anda di kondisi demikian? Apakah reaksi tindakan itu adalah sesuatu yang anda sendiri tidak inginkan? Anda berucap sesuatu yang anda sendiri tidak mau mendengarnya? Atau semuanya in control.
Saya sendiri kadang masih ragu, apakah tindakan saya ini benar? Jika anak saya berbuat begini, kemudian saya berucap begitu. Saya menyadari ada beberapa hal pengasuhan yang "menurun"dari orang tua saya, sebagian hal baik ingin saya pertahankan, namun sebagian lain ingin saya perbaiki. Untuk itulah saya belajar di buku ini.
Kita sangat perlu mengerti, memahami dan mempelajari default setting pengasuhan kita. Untuk apa? Untuk evaluasi diri.
Kita sebagai orang tua perlu melihat ke diri sendiri, tipe pengasuhan seperti apa yang kita jalani.
- Apa yang anda sukai dalam proses pengasuhan?
- Apa yang anda tidak sukai dalam proses pengasuhan?
- Bagaimana anda bereaksi dan bertindak kepada anak?
- Apa yang ingin anda pertahankan?
- Apa yang ingin anda rubah dalam pengasuhan?
Sometimes we forget that parenting, like love, is a verb. ~ The Danish Way of Parenting.
Untuk dapat memberikan hasil pengasuhan yang positif, para orang tua harus melakukan usaha dan kerja secara sadar dalam mencapainya.
Sebagai orang tua kita perlu belajar meningkatkan kesadaran diri, yaitu dalam membuat keputusan kita harus sadar atas tindakan dan reaksi kita adalah suatu langkah menuju perubahan yang efektif dalam pengasuhan.
Metode PARENT dalam The Danish Way of Parenting
Dalam buku "The Danish Way of Parenting" ini metode parenting yang sudah dijalankan dan berhasil selama lebih dari empat puluh di rangkum dalam singkatan yang mudah diingat yaitu PARENT.
- P - Play (bermain)
- A - Authenticity (autentisitas)
- R - Reframing (memaknai ulang)
- E - Emphaty (empati)
- N - No ultimatum (tanpa ultimatum)
- T - Togetherness (kebersamaan)
Play (Bermain)
Banyak orang tua yang memasukkan anak ke sekolah formal terlalu dini dengan berbagai pertimbangan. Banyak juga orang tua yang sedikit memaksakan keinginan pribadi untuk memasukkan anak mereka ke tempat les berbagai kegiatan dengan tujuan agar anak menjadi cerdas dan sukses sejak dini, tanpa mempertimbangkan apakah anak tersebut menginginkannya atau malah merasa terbebani.
Di Denmark, anak dibawah usia 7 tahun belum diperbolehkan memasuki sekolah. Sekarang, anak dibawah usia 10 tahun selesai bersekolah mereka mempunyai pilihan untuk pergi ke tempat bernama "free time school" sepanjang sisa hari tersebut. Di tempat ini mereka didorong untuk bermain secara bebas.
Orang tua dan guru di Denmark tidak menekankan pada pendidikan dan olahraga, namun lebih kepada sosialisasi, otonomi, keterpaduan, demokrasi dan harga diri. Salah satu yang utama pada anak usia dini adalah dengan bermain.
Dengan bermain, banyak manfaat yang didapatkan oleh anak-anak, yaitu:
- Membuat anak menjadi lebih tangguh. Ketangguhan bukan diperoleh dengan menghindari stress, tetapi dengan belajar bagaimana menjinakkan dan menguasainya.
- Bermain membuat anak-,anak lebih terampil dan mampu beradaptasi dengan keadaan.
Tips bermain dari buku The Danish Way of Parenting
- Matikan semua gadget dan gunakan imajinasi sebagai bahan permainan
- Ciptakan lingkungan yang yang kaya akan sensoru yang dapat menstimulasi semua indra anak.
- Biarkan anak berkreasi terhadap dunia seni.
- Bermain dengan menjelajah dunia luar. Kegiatan outdoor membuat mereka bersenang-senang dan berimajinasi.
- Bermain dengan anak yang berbeda usia
- Berikan mereka kebebasan dalam bermain dan berekspresi dalam permainannnya, jangan mencampuri jika memang tidak diperlukan.
- Orang tua bersungguh-sungguh jika ingin bermain bersama anak. Berjongkok, merunduk dan duduk setara dengan mereka, berbaur dan tidak berpura-pura menikmati permainan, akan membuat waktu yang berharga bagi mereka.
- Berikan waktu untuk dia bermain sendiri dengan mainannya, untuk memproses pengalaman baru mereka dan untuk pengembangan imajinasi dan fantasi.
- Buatlah permainan rintangan. Bebaskan mereka bermain dengan memanjat, melompat, menjelajah dan berkreasi.
- Ajak orang tua lain untuk memberikan kebebasan bermain kepada anak mereka.
- Hindari campur tangan terlalu cepat.
- Bebaskan anak bermain dengan cara mereka sendiri.
Autenticity (autensititas)
Tidak ada warisan yang lebih berharga daripada kejujuran. ~ William Shakespeare
Dalam pengasuhan Denmark sangat menjunjung tinggi kejujuran. Mereka mengasuh anak secara natural untuk memandu anak-anak menjadi jujur kepada diri sendiri dan orang lain.
Sejak dini mereka diajarkan untuk mengenali dan emosi, hal ini diharapkan dapat mempermudah mereka dalam mengatur strategi dalam semua permasalahan yang akan dihadapai.
Mereka diajarkan untuk mengubgkapkan apa saja emosi yang dirasakan, misalkan jika merasa sedih tunjukkan dan ungkapkan kesedihan dengan sewajarnya, tidak dengan menutupi dengan senyuman dan mengatakan semuanya baik-baik saja.
Reframing (Memaknai Ulang)
Konsep Reframing |
Dalam cara mengasuh Denmark, menerapkan metode reframing atau memaknai ulang. Cara kita melihat sesuatu adalah sebuah pilihan kita. Saat melihat sesuatu hal/permasalahan kita cenderung untuk melihatnya dari hal yang semestinya yang kita sebut bingkai/frame.
Bagaimana jika kita mencoba untuk melihat hal/permasalahan tersebut dengan cara/bingkai/frame yang baru? Bingkai yang baru ini memungkinkan kita untuk melihat sesuatu yang sebelumnya tidak menjadi fokus kita, namun merupakan bagian dari apa yang kita lihat. Kita seperti dapat melihat sesuatu hal tersebut dengan sudut pandang yang lebih luas.
Cara seperti itulah yang dipakai orang Denmark dalam memaknai ulang suatu hal, psikolog menyebutnya dengan optimis realistis. Optimis realistis membuat kita dapat menyaring informasi negatif yang tidak perlu. Kemampuan anak dalam memaknai ulang/reframing situasi negatif merupakan ciri utama menjadi anak yang tangguh.
Emphaty (Empati)
Hal terbaik dan tercantik di dunia tidak bisa dilihat ataupun disentuh, tetapi harus dirasakan dengan hati. ~ Hellen Keller.
Empati adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan orang lain. Empati ini seperti kita mencoba untuk walking in someone's else shoes. Tidak mudah, pasti.
Orang Denmark mempunyai prinsip bahwa peduli pada kebahagiaan orang lain selalu penting untuk kebahagiaan mereka sendiri.
Sehingga dalam melakukan pengasuhan anak-anak mereka membantu mengembangkan empati sejak dini, sehingga diharapkan dapat menciptakan hubungan yang lebih baik dan lebih peduli di masa depan.
Bagaimana orang Denmark mengajarkan empati? Salah satunya adalah dengan tidak menghakimi. Semora orang mempunyai hak untuk didengarkan.
No Ultimatum (Tanpa Ultimatum)
Lebih baik menaklukkan diri sendiri daripada memenangi seribu pertarungan. ~ Buddha
Beberapa orangtua mengasuh anak dengan berteriak, membentak, memberi ancaman, hukuman dan kekerasan fisik. Namun di Denmark hal seperti ini tidak diperkenankan. Hukuman fisik di Denmark dianggap ilegal sejak 1997.
Gaya pengasuhan di Denmark sangat demokratis. Mereka mengasuh anak-anak dengan penuh hormat, karena mereka ingin mereka memiliki respek yang terjalin dua arah.
Mereka mengasuh dengan damai, tidak dengan teriakan walaupun anak berperilaku buruk. Mereka selalu melihat anak-anak hakikatnya adalah baik.
Bukan anaknya yang buruk, melainkan tindakannya yang buruk.
Hal ini bagi saya penting banget untuk diingat, karena cara kita melihat anak mempengaruhi terhadap reaksi kita terhadap mereka.
Jika kita selalu berpikiran bahwa anak itu baik, kita akan lebih mudah bersabar dengan segala tingkah laku anak. Hal ini dapat membuat kita lebih bisa mengontrol reaksi kita terhadap mereka.
Togetherness & Hygge (Kebersamaan & Kenyamanan)
Konsep kebersamaan dan kenyamanan |
Beberapa dari poin diatas mungkin tidak asing bagi kita para orang tua. Namun mungkin diantara kita ada yang memang belum memahami benar apa makna dan manfaatnya jika kita sungguh-sungguh menerapkannya dalam pengasuhan anak kita.
Menjadi orang tua adalah proses belajar jangka panjang. Setiap tahapan usia anak, kita perlu selalu belajar memahami dan mengerti tentang apa yang terjadi dan bagaimana menjalaninya. Paling tidak, itu yang saya alami sejak menjadi orang tua 4 tahun lalu. Sampai sekarang masih banyak hal yang belum saya ketahui dan perlu saya pelajari.
Tidak salah sasaran memang para lembaga dunia memberikan penghargaan kepada Denmark sebagai negara yang paling bahagia, karena ternyata metode pengasuhan yang diterapkan sangatlah berhasil. Keberhasilan Denmark membuktikan bahwa cara pengasuhan anak dalam lingkungan keluarga menentukan kualitas suatu masyarakatnya. Buat teman-teman yang mencari buku tentang pengasuhan, saya merekomendasikan buku "The Danish Way of Parenting" ini untuk dijadikan pilihan.
Menarik. Jadi ingat sunnah Rasul dalam mendidik anak. Tidak menghukum sampai anak berumur 10 tahun. Itu pun untuk perkara yang sangat penting, yaitu shalat.
ReplyDeleteMasyaAllah, terimakasih sudah mampir dan remindernya mbak🙏
Delete