Storytelling dalam pembuatan konten |
Pada hari Sabtu, 12 Desember 2020 saya berkesempatan mengikuti kelas “Storytelling di Era Digital” yang diadakan oleh Komunitas ISB yang bekerjasama dengan IDN Media. Alhamdulillah banget nih bisa belajar dari seorang yang expert di bidangnya, yaitu Adam A. Abednego, beliau adalah co-founder Menjadi Manusia.
Adam A. Abednego menyebut dirinya adalah pembaca dan penulis yang sedang belajar mendengar. Sebutan yang sangat humble untuk prestasi cemerlang yang pernah beliau raih, yaitu “
- Youtube Creator For Change Ambassador (2019-2020)
- Young Social Entrepeneurs by Singapore International Foundation (Finalist)
Prestasi ini hanyalah sebagian dari pencapaian beliau selama menjadi penulis atau content creator. Berbicara tentang Adam A. Abednego nggak bisa terlepas dari perannya dalam Menjadi Manusia. Apasih itu Menjadi Manusia?
Menjadi Manusia
Adakah yang tahu apa itu “Menjadi Manusia”?Yap, benar sekali!
Menjadi Manusia adalah sebuah sebuah alternatif media dan social-platform untuk berbagi & mendengar cerita kehidupan dari sudut pandang yang berbeda, dan diharapkan dapat menjadi motivasi bagi orang lain yang merasakan persoalan hidup yang sama.
Seperti kita tahu ya, media sering menampilkan suatu standar yang tinggi untuk segala sesuatu. Misalnya:
- Wanita yang cantik adalah yang tinggi, kulit putih dan rambut panjang.
- Orang kaya adalah yang menenteng gadget mahal, rumah besar dan mengendarai mobil.
- Anak yang gaul adalah yang suka nongkrong ditempat yang sedang ngehits.
- Pekerjaan yang keren adalah yang mempunyai kantor yang besar.
- Dan lain sebagainya.
High social living standart that media put pressure on fragile generations |
Hal-hal seperti itu seringkali kita lihat ditayangan televisi setiap hari dan beredar luas di media sosial. Ini tidak hanya memberikan tekanan bagi yang tidak/belum bisa mencapainya, namun juga menimbulkan kecemasan di dalam diri mereka. Sehingga tidak sedikit yang rela mengejar itu semua, walau sebenarnya dia tidak merasa nyaman menjalaninya, namun dia jalani hanya untuk mendapat predikat semu itu.
Muncullah Menjadi Manusia yang siap menampung apa adanya mereka, dengan berbagai macam persoalan hidup, perpektif, cerita hidup. Semua bebas bercerita tanpa diintervensi dan tanpa di judge itu salah atau benar. Segalanya akan didengar.
It’s okay to be imperfect, it’s okay to cry, it’s okay to fail, because you’re only human.
Adam A. Abednego memberikan kiat yang diterapkan oleh Menjadi Manusia untuk mensupport teman-teman yang mempunyai persoalan hidup.
3 Langkah untuk menjadi manusia yang lebih baik.
- Acknowledge (mengakui). Kita adalah seorang experts untuk kehidupan kita sendiri, kita punya kontrol penuh atas diri kita. Kita yang memahami apa kelebihan dan kekurangan diri. Kita yang mengerti apa potensi yang tersimpan dalam diri kita. Sebagian orang memang tidak mudah untuk memahami potensi diri, dan Menjadi Manusia membantu mereka untuk mengidentifikasi diri melalui storytelling.
- Connect (menghubung). Dunia akan terasa sepi jika kita menyimpan segala sesuatunya (permasalahan) sendiri. Menjadi manusia dengan storytellingnya mencoba untuk menghubungan orang-orang yang mempunya persperktif sama untuk saling terkoneksi untuk dapat berbagi cerita, agar dapat terjadil hubungan yang positif diantara mereka, yang diharapkan akan membuat hidup mereka lebih bermakna.
- Develop (mengembangkan). Saat mereka sudah dapat memahami kelebihan, kekurangan dan potensi diri, serta sudah bertemu dengan teman yang se-frekuensi, maka Menjadi Manusia akan memfasitasi atau mempersenjatai dengan materi-materi yang akan membuat mereka menjadi manusia yang lebih baik.
Platform yang digunakan oleh Menjadi Manusia untuk berbagi konten sangat beragam yaitu instagram, twitter, youtube, spotify, website dan tiktok. Lengkap sekali ya!
Jika kita pernah mampir ke halaman Menjadi Manusia, kita langsung akan ngeh kalo storytelling yang digunakan dalam penulisan kontennya sangatlah bagus. Dan di acara webinar kali ini sang co-founder berbagi kiat bagaimana membuat storytelling untuk konten kita.
Storytelling di Era Digital
Echols dalam buku aliyah tahun 2011, mendefinisikan storytelling sebagai dua kata yaitu story yang berarti cerita dan kata telling yang berarti penceritaan. Dua kata tersebut jika digabung menjadi storytelling maka akan berarti penceritaan sebuah cerita atau menceritakan suatu cerita.
Kamus Besar Indonesia yabg ditulis oleh Ikranegarkata & Hartatik, mendefinisikan cerita adalah kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa secara panjang lebar, karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian, lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan (tentang drama, film, dan sebagainya).
Dalam dunia copywriting, storytelling didefinisikan sebagai kemampuan dalam bercerita tentang suatu cerita atau kisah. Storytelling disajikan dalam sebuah cerita dengan gaya dan cara yang dapat menarik minat pembaca.
Jika seseorang dapat menangkap isi atau maksud dari apa yang telah anda tulis dan merasa terhibur atau menjadi sesuatu yang berguna buat pembaca, itu berarti teknik storytelling anda telah berhasil.
Membuat storytelling bukanlah sesuatu yang mudah, terutama bagi blogger pemula seperti saya, hehe. Storytelling tidak hanya harus baik dan menarik pembaca, namun juga harus dapat menyampaikan pesan.
Adam A. Abednego memberikan berbagai kiat agar blogger dapat membuat storytelling yang baik, menarik dan dipahami oleh pembaca.
- Branding personality
- Always starts with why
- Audience persona
- Audience communication
Branding Personality
Mungkin kita sudah sangat familiar dengan istilah ini ya. Membangun citra diperlukan oleh siapa saja, tidak hanya untuk suatu brand, namun untuk seorang penuli, blogger, guru, freelancer, influencer, pencari kerja dan lain sebagainya.
Bagi kebanyakan orang personal branding adalah tentang logo, nama, tagline dan lain sebagainya yang berupa sesuatu yang dapat dilihat. Namun sebenarnya personal brand ini dapat diartikan dalam definisi yang lebih luas.
Personal branding adalah kamu ingin dikenal sebagai apa dan siapa, dengan kemampuan apa dan ide apa yang kamu ingin sampaikan.
Dalam hal ini kepribadian, kemampuan dan pengalaman menjadi hal dasar dalam membangun personal brandingmu.
Jika branding personality kita sudah terbangun, kita akan mempunyai keunikan dimata pembaca sehingga apa yang ingin kita sampaikan dalam konten kita akan lebih mudah dipahami pembaca.
Always Starts With Why
Mulailah dengan pertanyaan “Mengapa” (why)?
Untuk dapat membuat pembaca atau audience memahami maksud atau isi dari tulisan kita, pembaca harus mengerti alasan mengapa suatu tulisan ini dibuat atau alasan mengapa sesuatu ini diciptakan.
Dengan mengetahui alasan mengapa (WHY) sesuatu itu dilakukan akan membuat mereka lebih tertarik daripada saat kita menggambarkan APA yang mereka lakukan dan BAGAIMANA mereka melakukannya.
Menanyakan kepada diri sendiri tentang mengapa (WHY) dalam segala situasi, membuat kita menjadi lebih memahami diri sendiri dan membantu kita dalam mengambil keputusan. Terlihat seperti sebuah pertanyaan sederhana ya? Namun tidak sesederhana itu dalam berbagai hal.
Audience Persona
Sebagai seorang blogger atau content creator kita harus mengetahui siapa audience kita, berapa usia mereka, apa yang mereka suka, apa yang mereka inginkan dan apa saja yang berhubungan erat dengan kehidupan mereka. Semua data ini biasanya terlihat di analytics yang kita gunakan.
Mengapa hal-hal ini kita perlukan? Tidak lain adalah untuk menarik minat dan perhatian audience.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dibombardir iklan dari berbagai produk dan merek melalui media televisi, radio, youtube, koran dan aplikasi digital lainnya. Diantara banyaknya merek tersebut, kita pasti telah memutuskan untuk menggunakan merek tertentu.
Pilihan yang kita buat pasti bukan tanpa alasan, ya kan? Kita memilih produk tertentu karena produk tersebut menyampaikan storytelling yang tanpa kita sadari itu sangat relate dengan kepribadian kita. Ya, penceritaan atau storytelling dalam iklan suatu produk itu telah beresonansi dengan kehidupan kita, yang membuat kita merasa “produk itu gwe banget”, yang membuat kita memilih untuk menggunakan merek itu.
Kemudian kita bertanya, bagaimana suatu brand itu dapat membuat suatu ikatan dengan konsumen dan dapat menyampaikan pesan dengan sangat yang menarik?
Tentunya ada banyak strategi yang dipakai oleh marketer dalam mencapai titik itu, namun ada satu cara untuk mengetahui persona audience, yaitu melalui brand archetypes.
Apakah itu brand archetypes?
Brand archetype adalah sistem yang digunakan untuk menciptakan identitas suatu merek. Tujuan archetype adalah membuat brand atau merk dapat merefleksikan kepribadiannya dalam memenuhi kebutuhan audience. Sebuah brand atau merek akan berhasil jika karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan audience. Dampak yang dihasilkan dari archetype cukup signifikan, yakni mengerucutkan pilihan posisi brand/merek di pasar yang akan menentukan kesuksesan brand/merek di pasar.
Berikut adalah 12 jenis archetypes.
Brand Archetypes. Gambar oleh: https://www.visualcapitalist.com |
Audience Communication
Tiap blogger atau content creator memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kepribadian, karakter pribadi dan juga personal branding yang ingin dicapai.
Saat akan membuat story telling ada beberapa hal tentang komunikasi kepada audience yang perlu kita perhatikan, yaitu:
- Mengetahui tujuan. Kita sebagai penulis harus mengetahui tujuan dari konten yang akan kita buat. Apakah untuk menginformasikan, apakah berupa ajakan/himbauan ataukah tujuannya untuk bekerjasama dengan audience.
- Specify your purpose. Ketika ide sudah ada, audience sudah diketahui, maka pesan khusus dari konten kita harus sudah siap. Tujuan penulis/content creator adalah apa yang akan audience ketahui atau lakukan setelah membaca tulisan kita.
- Select a style and tone. Seperti halnya komunikasi lisan, komunikasi tertulispun juga mempunyai gaya dan nada. Gaya dan nada ini kita pergunakan untuk mengekspresikan diri dalam menulis. Gaya dan nada kepenulisan ini tergantung kepada personal branding yang ingin kita capai. Penulis yang audiencenya adalah orangtua akan berbeda style dan nada dengan yang audiencenya anak-anak dan remaja. Terpenting, dalam kepenulisan hubungan baik harus tetap terjaga dengan pembaca.
Voice Chart yang digunakan dalam story telling. Gambar oleh https://blog.amdgtl.com |
Bagaimana Cara Membuat Konten yang Emotional
Storytelling dapat membuat enggagement dengan pembaca menjadi lebih kuat |
Pernahkah kamu membaca suatu buku/tulisan yang membuat kamu terhanyut dalam isi ceritanya sehingga ingin selalu melanjutkan ke bagian selanjutnya? Itu berarti buku atau tulisan yang anda baca mempunyai daya tarik emosional yang baik, yang selalu membuat pembaca penasaran akan kelanjutannya.
Penasaran dong ya, gimana sih caranya agar konten atau tulisan kita juga semenarik itu?
- Gunakan konten Anda untuk menceritakan sebuah cerita
Storytelling adalah alat yang sederhana, namun efektif, untuk menarik perhatian orang dan membuat mereka terlibat secara emosional dalam konten Anda.
- Ketahui tujuan Anda
penting untuk mengetahui tujuan Anda di balik konten. Pesan apa yang ingin Anda sampaikan? bagaimana Anda ingin audiens memandang konten Anda.
- Kejutkan audiens Anda jika menurut Anda konsep Anda mungkin tidak cukup berkesan, tambahkan elemen kejutan:
- Apakah ada kesalahpahaman umum di bidang Anda yang dapat Anda uraikan?
- bagaimana dengan fakta mengejutkan yang pada awalnya tidak akan dipercaya oleh kebanyakan orang?
Storytelling ternyata memiliki banyak aspek pendukung agar berhasil menarik pembaca atau audience. Meski tidak sesimple kelihatannya, namun sangat perlu kita pelajari khususnya saya pribadi, perlu banyak praktik membuat storytelling. Storytelling di era digital ini sangat diperlukan sebagai blogger, agar apa yang ingin kita sampaikan melalui tulisan ini, pesannya dapat sampai ke pembaca dengan baik. Bukankah itu tujuan kita menulis?
aku lagi belajar banget yang namanya storytelling dan alhamdulillah berjodoh mampir kesini, baarakallah mbak ilmunya sangat bermanfaat
ReplyDeleteyup bener banget, kebetulan ilmu ini sesuai dengan kebutuhan onlineshoper kaya aku. jadi exited bacanya.
ReplyDeleteBergizi banget nih isinya, makasih mbak dwi
ReplyDeleteHem, kalau aku selalu membranding personalku dengan jauh berbeda antara di sunia sosmed dengan dunia nyata haha.
ReplyDeleteBisa belajar storytelling di sini, lengkap tulisannya.
ReplyDeleteaku masih belajar nih buat story telling
ReplyDelete